Ringkasan materi kelompok 3
Manusia dan Cinta kasih
Manusia dan Cinta kasih
3.1 Pengertian
Cinta Kasih
Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S.
Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) saying
(kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata
kasih artinya perasaan saying atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan.
Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehinga kata kasih
memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan
suka kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasih.
Walaupun cinta kasih mengandung arti hamper bersamaan,
namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung
pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain
bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan
manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan
keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan
manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara
manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas,
mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.
Dalam bukunya seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan,
bahwa cinta itu terutama memberi, bukan menerima. Dan memberi merupakan
ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi
ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan
unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan
pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling menonjol adalah cinta seorang
ibu pada anaknya; bagaimana seorang ibu dengan rasa cinta kasihnya mengasuh
anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan tanggung jawab dalam arti benar
adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka rela yang dalam kasus ibu dan
anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan atas hubungan fisik. Unsur yang ketiga
adalah perhatian diri sebagaimana adanya. Yag ke empat adalah pengenalan yang
merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur
tersebut, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu
cinta dapat dibina secara lebih baik.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr.
Sarlito W.Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu
keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah
adanya perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau
pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman,
yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara
anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti
bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau sebutan
sayang dan sebagainya. Makan minum dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi,
pinjam meminjam baju, saling memakai uang tanpa merasa berhutang, tidak saling
menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu
adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen kalu jauh atau lama tidak
bertemu, adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut yang menunjukkan segitiga cinta.
Selanjutnya Dr. Sarlito W. Sarwona mengemukakan,
bahwatidak semua unsur cinta itu sama kuatnya. Kadang-kadang ada
ketereikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau kemesraan kurang. Cinta
seperti itu mengandung kesetiataan yang amat kuat, kecemburaannya besar, tetapi
dirasakan oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada
kehangatan yang ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat
karib atau saudara kandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada
gejolak-gejolak mesra dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada
hal-hal lain dari pada partnernya.
Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat
menggejolak, tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang. Cinta
seperti itu dinamakan cinta yang pincang.
Selain pengertian yang dikemukakan oleh sarlito, lain
halnya pengertian cinta yang dikemukakan oleh Dr, Abdullah Nasih Ulwan, dalam
bukunya manajemen cinta. Cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang
mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya penuh gairah, lembut, dan kasih
saying. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tidak dapat terpisahkan
dengan kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya
dengan cara terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan
mepergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia
pula.
Di dalam kitab suci Alquran, ditemukan adanya fenomena
cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia. Cinta memiliki tiga
tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah dan rendah. Tingkatan cinta tersebut di
atas adalah berdasarkan firman Allah SWT dalam surah at-Taubah ayat 24 yang
artinya sebagai berikut :
Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal
yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan
berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendantangkan keputusanNya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah,
Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta
kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat harta dan tempat
tinggal.
Hakekat cinta menengah adalah suatu energy yang datang
dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang
dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan. Karenanya
hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka, semakin akrab.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh cinta menengah
ini Nampak jelas hasilnya. Jika bukan disebabkan perasaan kasih sayang yang
ditanamkan oleh Tuhan dalam hati, sepasang suami istri, tentu tidak akan
terbentuk suatu keluarga, tak akan ada keturunan, tak akan terwujud asuhan,
bimbingan dan pendidikan terhadap anak. Cinta tingkat terendah adalah cinta
yang paling keji, hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu adalah cinta
rendahan. Bentuknya beraneka ragam misalnya :
- Cinta kepada thagut. Thagut
adalah syetan, atau seseuatu yang disembah selain Tuhan. Dalam surat
Al-Baqarah, Allah berfirman : dan diantara manusia, ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan Allah; mereka mencintainya sebagaiman mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya
kepada Allah,
- Cinta berdasarkan hawa nafsu
- Cinta yang lebih
mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri, perniagaan dan tempat
tinggal.
Hikmah cinta adalah sangat besar. Hanya orang yang telah diberi kefahaman
dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara
hikmah-hikmah tersebut adalah :
- Sesungguhnya cinta itu
adalah merupakan ujian yang paling berat dan pahit dalam kehidupan
manusia. Karena setiap cinta akan mengalami bernbagai macam rintangan.
Apakah seseorang akan menempuh cintanya dengan cara terhormat dan mulia?
Ataukah ia akan meraihnya dengan cara yang rendah dan hina? Apakah ia akan
berjual mahal dengan cintanya, atau biasa-biasa saja? Apakah ia
benar-benar tertarik dengan kekasihnya, ataukah sekedar main-main saja?
Semuanya dapat diketahui setelah ia mendapatkan rintangan dalam
perjalanannya.
- Bahwa fenomena cinta yang
telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit
yang paling besar di dalam melestarikan kehidupan lingkungan. Kalau bukan
karena cinta, tentu manusia tidak akan pernah terdorong gairah hidupnya
untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Pendek kata kalau bukan karena
fenomena cinta, tak akan pernah ada gerakan, kreasi dan apresiasi di dunia
ini. Juga tak akan pernah ada pembangunan dan kemajuan.
- Bahwa fenomena cinta
merupakan faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia, dalam
kenal-mengenal antar mereka. Juga untuk saling memanfaatkan kemajuan
bangsa. Ia merupakan modal utama di dalam mengenal berbagai macam ilmu
pengetahuan yang tersimpan di dalam keindahan alam, kehidupan dan
kemanusiaan.
- Fenomena cinta, jika
diperhatikan merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar
anggota keluarga, kerukunan bermasyarakat, mengasihi sesame mahluk hidup,
menegakkan keamanan, ketentraman, dan keselamatan di segala penjuru bumi.
Cinta merupakan benih dari segala kasih dan sayang, dan segala bentuk
persahabatan, dimanapun adanya.
3.2 Cinta Menurut
Ajaran Agama
v Cinta Menurut Agama Islam
Menurut Al-Qur'an cinta terbagi menjadi
8 jenis, yaitu:
- Cinta Mawaddah: yaitu cinta yang menggebu-gebu dan
membara. Orang yang memiliki cinta jenis ini inginnya selalu berdua dan
tak ingin berpisah. Selalu ingin memuaskan dahaga cintanya bahkan hampir
tidak bisa berfikir yang lain.
- Cinta Rahmah: yaitu cinta yang penuh akan kasih sayang,
pengorbanan dan perlindungan. Orang yang memiliki cinta ini akan lebih
memikirkan orang yang dicintainya daripada dirinya sendiri. Dipikirannya
yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meskipun ia harus menderita.
- Cinta Mail: yaitu cinta yang sementara sangat membara. Dan
sangat menyedot perhatian tanpa memperhatikan hal-hal penting lainnya.
Menurut Al-Qur'an disebut juga dalam konteks poligami. Karna ketika sedang
jatuh cinta kepada yang muda akan cenderung mengabaikan yang lama.
- Cinta Syaghaf: yaitu cinta alami yang sangat mendalam dan
sangat memabukkan. Orang yang terkena cinta ini akan seperti orang gila,
lupa diri bahkan tidak menyadari apa yang dilakukannya.
- Cinta Ra'fah: yaitu rasa kasih sayang yang melebihi norma
kebenaran. Misalnya: karna rasa kasih sayang dan kasihan yang berlebihan
melihat anaknya tidur terlelap seorang bapak tidak tega dan tidak jadi
membangunkan anaknya untuk Sholat.
- Cinta Shobwah: yaitu cinta buta, cinta ini akan mendorong perilaku
menyimpang dan tidak akan bisa mengelak.
- Cinta Syauq (Rindu): yaitu pengembaraan hati kepada kekasih dan
kobaran cinta didalam hati sang pecinta.
- Cinta Kulfah: yaitu perasaan cinta yang disertai kesadaran
akan hal-hal positif meski itu sulit.
v Cinta Menurut Agama Kristen
Cinta adalah cinta kasih antara
sesama dimana kita diajarkan untuk mencintai sesama tanpa membedakan agama,
ras, latar belakang. Dan saling menghargai satu sama lain. Perintah. Allah yang
terutama ialah:
(Matius 12:29-31), "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu."
(Matius 12:29-31), "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu."
"Cintailah sesama manusia
seperti dirimu sendiri."
·
Korintus
13:4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
·
Matius
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
v Cinta Menurut Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama Wahyu dan
agama alami. Oleh karena itu, ia adalah agama Cinta Kasih. Agama yang amat
luwes, agama yang berdasarkan pada Cinta Kasih, agama yang memiliki tujuan
Cinta Kasih, dan juga agama yang dijalankan di dalam Cinta Kasih. Agama
Hindu amat mementingkan pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat
manusia tetapi kepada sesama makhluk hidup. Cinta kasih kepada sesama anggota
keluarga, kepada sesama umat manusia tidak dipandang sebaga cinta kasih yang
istimewa. Kesadaran bahwa seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat
membantu orang untuk mengembangkan cinta kasih universal ini.
Dia adalah puncak cinta kasih di
dunia ini, merupakan landasan penting untuk mengembangkan Prema Bhakti atau
cinta kasih rohani kepada Tuhan yang Maha Esa. Cinta kasih universal dalam
beberapa kitab suci disebutkan sebagai ciri, hiasan dan sifat-sifat agung
orang-orang suci atau para Sadhu. Titiksavah karunikahsuhrdah
sarva-dehinamajata-satravah santahsadhavah sadhu-bhusanah
Ciri-ciri atau hiasan dari seorang
Sadhu atau orang suci adalah ia harus memiliki sifat-sifat senantiasa damai,
memiliki toleransi besar, penuh karunia, bersifat berteman dengan seluruh
makhluk hidup, tidak mempunyai musuh, hidupnya selalu didasarkan pada kitab
suci dan segala kepribadiannya terpuji. Yajur Veda juga menegaskan hal
yang sama:mitrasya ma caksusa sarvani bhutani samiksantamamitrasyaham caksusa
sarvani bhutani samiksemitrasya caksusa samiksyamahe "Semoga semua
makhluk hidup melihatku dengan pandangan sebagai teman, semoga aku melihat
semua makhluk hidup dengan pandangan sebagai seorang teman, semoga kami melihat
satu sama lainnya dengan pandangan sebagai seorang teman."
v Cinta Menurut Agama Buddha
Nikaya Pali juga memuat satu kata
cinta yang berbeda dengan cinta yang telah disebutkan di atas, cinta kasih yang
dipancarkan secara universal (tak terbatas) kepada semua makhluk dan cinta
kasih yang tanpa pamrih, yaitu: Metta.
Metta adalah bagian pertama dari
empat kediaman luhur (Brahma Vihara) atau empat keadaan yang tidak terbatas
(Apamanna). Bagian lainnya, yaitu Karuna (kasih sayang), Mudita (simpatik), dan
Upekkha (keseimbangan batin).
Metta adalah rasa persaudaraan,
persahabatan, pengorbanan, yang mendorong kemauan baik, memandang makhluk lain
sama dengan dirinya sendiri. Metta juga suatu keinginan untuk membahagiakan
makhluk lain dan menyingkirkan kebencian (dosa) serta keinginan jahat
(byapada).
Metta berbeda dengan piya, pema,
rati, kama, tanha, ruci dan sneha yang hanya menimbulkan nafsu dan kemelekatan.
Pengembangan Metta dapat mengantarkan kita pada pencapaian kedamaian Nibbana
(Mettacetto vimutti), seperti yang dinyatakan Sang Buddha dalam Dhammapada 368:
"Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, maka ia akan sampai pada Keadaan Damai (Nibbana), berhentinya hal-hal yang berkondisi (sankhara)"
"Apabila seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap Ajaran Sang Buddha, maka ia akan sampai pada Keadaan Damai (Nibbana), berhentinya hal-hal yang berkondisi (sankhara)"
3.3 Kasih Sayang
Makna Kasih
Sayang
Kata kasih dan sayang itu mengandung pengertian yang sangat luas. Dan yang
pasti setiap insan manusia perlu tahu dan mengerti apa makna kasih sayang yang sebenarnya, sekaligus memilikinya di dalam sanubari. Seseorang akan
terlanda kekeringan jiwa jika hidup tanpa memiliki kasih maupun sayang. Apapun
yang terjadi, pasti dia akan selalu ingin cintai sekaligus mencintai orang
lain. Dari pertama kali lahir di dunia sampai ajal menjemput.
Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang dikasih dan disayanginya.
Yang dimaksud dengan kasih dan sayang di sini bukan sekadar hubungan cinta atau asmara antara seorang laiki-laki dan perempuan saja. Namun lebih bersifat universal. Sehingga hal ini bisa terjadi terhadap sahabat, saudara, keluarga dan lain-lain. Dan yang perlu ditekankan adalah, bahwa kasih dan sayang yang tulus itu selalu punya sifat yang ikhlas dan lebih banyak memberi daripada menerima. Kepentingan diri sendiri sering dinomor duakan demi memberi kebahagiaan pada orang yang dikasih dan disayanginya.
Kekuatan
Dari Kasih dan Sayang
Kasih, sayang dan cinta. Itu semua adalah anugerah dari Tuhan yang
diberikan kepada kita semua. Tujuannya untuk menciptakan kehidupan damai di
dunia agar selalu diliputi dengan ketentraman. Untuk itulah setiap orang perlu
mengerti makna kasih sayang agar bisa saling menghargai kepribadian dari orang
lain, meski dia punya perbedaan dengan kita.
Karena dari sinilah akan tercipta keharmonisan yang aman serta penuh kemesraan. Setelah itu akan muncul daya cipta yang terwujud dalam bentuk cinta, baik cinta kepada sesama manusia, lingkungan dan Sang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Karena dari sinilah akan tercipta keharmonisan yang aman serta penuh kemesraan. Setelah itu akan muncul daya cipta yang terwujud dalam bentuk cinta, baik cinta kepada sesama manusia, lingkungan dan Sang Maha Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Menciptakan
Rasa Kasih dan Sayang Dalam Keluarga
Agar di
dalam suatu keluarga bisa tercipta rasa saling sayang dan mengasihi, maka
masing-masing anggota keluarga harus selalu berusaha menciptakan kebahagiaan
bagi anggota keluarga yang lain. Ibu memberi rasa sayang pada bapak dan
anaknya, kemudian bapak mencurahkan semua perhatian pada istri dan
keturunannya. Sedangkan anak bisa memberikan rasa cinta dan hormatnya pada
kedua orang tuanya.
Hal ini akan menyuburkan perasaan saling terikat antara satu dan yang lain dan menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Apa yang menjadi kesedihan bagi salah satu anggota keluarga, maka akan menjadi kesedihan bagi semuanya. Demikian pula bila ada yang mendapat kebahagiaan, maka semua bisa ikut merasakan kebahagian yang menjadi milik bersama itu.
Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya. Karena sang anak sejak dia lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya.
Orang tua yang baik dan mengerti akan makna kasih sayang pasti akan mengajari anaknya tentang bagaimana cara mengasihi dan menghormati anggota keluarganya dan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah juga selalu berusaha menghilangkan rasa benci dan dendam bila terjadi permasalahan di antara mereka.
Hidup akan terasa indah bila kita selalu diliputi dengan saling mencinta, saling memberi kasih dan saling menyayangi tanpa memandang perbedaan baik itu warna kulit, agama, kehidupan sosial, ekonomi dan lain-lain.
Hal ini akan menyuburkan perasaan saling terikat antara satu dan yang lain dan menjadi kesatuan yang tak terpisahkan. Apa yang menjadi kesedihan bagi salah satu anggota keluarga, maka akan menjadi kesedihan bagi semuanya. Demikian pula bila ada yang mendapat kebahagiaan, maka semua bisa ikut merasakan kebahagian yang menjadi milik bersama itu.
Ini semua bisa terlaksana bila setiap anggota keluarga, terutama pihak orang tua bisa menjadi contoh dan teladan yang baik bagi anaknya. Karena sang anak sejak dia lahir selalu ikut orang tua, maka secara mental dia juga menjadikan orang tuanya sebagai panutan dalam menjalani hidupnya.
Orang tua yang baik dan mengerti akan makna kasih sayang pasti akan mengajari anaknya tentang bagaimana cara mengasihi dan menghormati anggota keluarganya dan orang lain dalam hidup bermasyarakat. Dan yang tidak kalah penting adalah juga selalu berusaha menghilangkan rasa benci dan dendam bila terjadi permasalahan di antara mereka.
Hidup akan terasa indah bila kita selalu diliputi dengan saling mencinta, saling memberi kasih dan saling menyayangi tanpa memandang perbedaan baik itu warna kulit, agama, kehidupan sosial, ekonomi dan lain-lain.
3.4 Pengertian
Kemesraan
“Kemesraan berasal dari kata dasar ‘mesra’,
yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan adalah hubungan akrab baik
antara pria dan wanita yang sedang dimabuk asmara maupaun yang sudah berumah
tangga. Kemesraan merupakan perwujudan kasih sayang yang telah mendalam. Cinta
yang berlanjut menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah
perwujudan dari cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia.
Kemesraan dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan bakatnya.”
Mesra ditunjukkan dengan cara
berpegangan tangan atau saling merangkul. Jika kita sedang berpergian ke suatu
tempat pusat perbelanjaan atau tempat-tempat rekreasi, banyak sekali kita temui
pasangan yang bermesraan dengan melakukan hal tersebut. Mesra adalah salah satu
bentuk keromantisan dalam berpasangan atau sebagai bentuk keharmonisan dalam
berumah tangga.
Mesra tidak hanya untuk orang yang
sudah berumah tangga atau berpasangan saja, tetapi juga bisa dilakukan kepada
orang tua, saudara, dan teman. Karena mesra juga merupakan bentuk kasih sayang,
hanya saja mungkin caranya yang berbeda antara bermesraan dengan orang tua dan
dengan pasangan.
Mesra bisa dilakukan kepada siapa
saja, dimana saja, dan kapan saja. Berikut adalah beberapa contoh kemesraan, yaitu:
- Antara suami-istri melakukan hubungan intim,
- Antara ibu yang memberi kasih sayang kepada
anaknya,
- Antara sahabat yang memberi pelukan di saat
sahabatnya sedang sedih,
- Antara tangan yang berjabat dalam sebuah
pertemanan.
3.5 Pengertian
Pemujaan
Pemujaan adalah dimana kita memuja
atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi.Pemujaan dapat dilakukan dalam
berbagai aspek seperti memuja pada leluhur,memuja pada agama tertentu dan
kepercayan yang ada.seperti Pemujaan pada leluhuradalah suatu kepercayaa
bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki kemampuan untuk ikut
mempengaruhi keberuntungan orang yang masih hidup. Dalam beberapa budaya Timur,
dan tradisi penduduk asli Amerika, tujuan pemujaan leluhur adalah untuk
menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada orang hidup, dan kadang-kadang
untuk meminta suatu tuntunan atau bantuan dari leluhur. Fungsi sosial dari
pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan nilai-nilai kekeluargaan, seperti
bakti pada orang tua, kesetiaan keluarga, serta keberlangsungan garis keturunan
keluarga.
Pada
garis besarnya pengertian pemujaan mencakup dua aspek, yaitu antara yang memuja dan yang dipuja. Dalam hal puja memuja, dapat digolongkan menjadi
beberapa bagian yakni:
1. Puja memuja antar sesama manusia
Pada hematnya manusia memuja
manusia lainnya disebabkan oleh beberapa faktor.
Antara lain pemujaan yang berkaitan dengan perasaan jatuh cinta
hingga menyebabkan terjadi
perubahan
sikap, perilaku, tutur kata, dan hal-hal yang menimbulkan perubahan itu
sebagaimana layaknya jatuh cinta.
Di sisi lain, ungkapan
perasaan jatuh cinta biasanya terlontar melalui pengabdian pada pahatan,
patung, ukiran puisi, lagu-lagu, salam sayang via
radam dan berbagai bentuk pernyataan tentang jatuh cinta yang semuanya
terhimpun di dalam lingkup pemujaan. Bahkan dengan kata pemujaan, Adolf Hitler harus bersedia meneguk racun bersama sang
pujaan Eva Braun menjelang akhir pernag dunia II.
Sebagai pernyataan cinta
yang sangat mendalam kepada sang pujaan yang telah meninggal, maka diabadikan
rasa kecintaan kepada istrinya dengan mendirikan Taj Mahal
di India termasuk salah satu dari tujuh keabadian dunia. Konon kabarnya
bangunan Taj Mahal dihiasi dengan ± 100.000 butir berlian.
Kisah romeo dan juliet juga merupakan bagian dari refleksi cinta yang
berjuang pada pemujaan. Pemujaan yang berkaitan dengan idola, dikagumi,
dipuja-puja, diagung-agungkan, menjadikan seseorang harus mempertaruhkan segala
sesuatu demi yang dipuja.
Hal demikian nampak pada bidang ideologi dan politik misalnya; antara lain fanatisme rakyat Jepang
terhadap Teno Haika (pasca perang dunia II).
Musollini dengan fasisme yang sangat dipuja oleh sebagian rakyat italia, Nazizme dengan Adolf Hitler sebagai gembongnya
sangat dipuja oleh para pengikutnya.
Di bidang seni, pemujaan terhadap seorang seniman pun
tak kalah pentingnya. Karena fanatisnya pengagum John Lenon
(lagunya Imagine of the people’s), maka tak segan-segan sipemuja harus menembak
mati penyanyi tersebut. Elvis Preisley sangat di kagumi dan di puja-puja oleh
para pengikutnya. Walaupun telah lama meninggal, namun rasa pemujaan terhadap
dirinya tetap hidup melalui lagu-lagunya yang pernah populer.
Di bidang kepemimpinan dan pemerintahan, tengoklah negara Libya dengan Muammar (revolusi Iran) menjatuhkan
kepemimpinan Reza Pahlevi, Mao Tse Tung di RRC
(berbaur dengan faham komunis), Ho Chin Min di Vietnam, Fideal Castro di Cuba.
Kesemuanya inilah keunggulan-keunggulan tipe kharismatik dalam kepemimpinan dan
pemerintahan, baik yang lebih di dominasi oleh faham, ideologi, serta aliran
juga yang dilandasi oleh keyakinan dalam kefanitikan yang dogmatis.
Kesemuanya menyatu dalam suatu kerangka pengangguran
yang bernuansa pada pemujaan tanpa memperhitungkan batas
waktu berakhirnya kejayaan yang dipuja.
2. Manusia memuja alam
Manusia memuja alam
mengandung dua hal di dalamnya: pertama alam dipuja oleh manusia dengan maksud
agar alam bersikap ramah dan bersahabat. Alam ditempatkan sebagai suatu bagian
dengan diri manusia. Alam yang memiliki dua kekuatan kesejaga dan (siang dan
malam) juga memiliki empat potensi alamiah (tanah, air,
api, dan angin) eksistensinya dijabarkan kedalam satu metafora simbolis yang
terwakilkan di dalam diri manusia.
Agar alam dapat bersahabat,
maka diperlakukan pemujaan oleh manusia melalui perbuatan ritual.
Kadar ritualnya senantiasa di tentukan oleh kesempurnaan dalam satu cara
pemujaan, lengkap dengan peralatan yang berfungsi sebagai simbol. Setiap simbol
selalu mewakili berbagai aspek dari aktifitas tingkah laku manusia.
Dalam hal pemujaan terhadap
alam, tidak hanya terbatas pada kalangan
masyarakat sederhana, akan tetapi mencakup seluruh kelompok manusia.
Semboyan “back to nature” (kembali ke alam bebas) merupakan suatu pernyataan kalangan
masyarakat modern yang berusaha agar selalu bersahabat dengan alam. Walaupun
semboyan tersebut tidak langsung sebagai suatu pemujaan kepada alam, namun dari
segi pengagumannya sekelompok dari masyarakat modern itu beralih kembali
memilih hidup di gua-gua layaknya seperti manusia purba.
Walaupun demikian alam tak
pernah mengingkari janji setelah ditaklukkan, dikurasi, dikuasai, digarap
habis-habisan. Alam beraksi menjatuhkan sanksi dengan berbagai bentuk (banjir,
gunung meletus, tanah longsor, gempa) dan tinggalah manusia meratapi nasibnya.
Lahirlah ciptaan berupa hymne-hymne didengarkan dalam tema antara pemujaan dan
penyesalan silih berganti, namun alam tetap berjaya di dalam kesejagadannya.
3. Manusia memuja benda
Pada hakekatnya benda
(materi) sangat di butuhkan dalam kehidupan manusia, sepanjang benda itu bukan
merupakan tujuan akhir. Pemujaan manusia terhadap benda secara berlebihan pasti
akan mengundang kamelut. Karena benda beralih fungsi dari peranannya sebagai
alat perpaduan hidup berubah menjadi sesuatu yang dipuja dan dipertuhan selama
masih mampu untuk mengakumulirnya.
Daya pengakumulasi benda
yang dipuja dan dipertuan sehingga melampaui batas nilai harga diri dan
keyakinan niscaya akan melahirkan konsepsi yang bermuara pada:
a.
Hilangnya martabat dan hak azasi akibat penilaian terhadap manusia lainnya
tidak lebih dari seperangkat organ jasad yang dapat saja di campurkan bila tak
berguna.
b.
Munculnya perlakuan-perlakuan bercorak eksploitasi dan penindasan terhadap
sesama dengan landasannya tujuh menghalalkan segala cara. Dalam hal ini sosok
sesama manusia di anggap sebagai kelompok human yang sewaktu-waktu tak
berfungsi dapat di binasakan.
c. Dalam
konteks sosialisasi interaksi sosial akan tumbuh kecemburuan dan pertentangan
kelas, persaingan pemutusan hubungan relasi-relasi sosial, ketersaingan
kecurigaan yang pada gilirannya berakhir dengan konflik.
Hal-hal yang disebutkan
diatas hanya menyebutkan sebagian dari reaksi yang timbul akibat sangat
berlebihannya pemujaan terhadap benda. Terjerumuslah manusia ke dalam kehidupan
materialistik yang membentuk suatu faham yang disebut materialisme.
Dari pengertian tentang
materialisme (bukan pendapat sang guru besar tersebut) jelaslah terdapat
pertentangan yang sangat prinsipil. Dalam hal ini keberadaan segala sesuatu
termasuk manusia semuanya adalah materi, kejasmanian. Apa yang disebut rohani,
perasaan, kasih sayang, timbang rasa, harga diri, keyakinan, agama, dan
sebagainya oleh penganut, materialisme di anggap tidak ada. Yang ada hanyalah
materi atau benda.
Jika demikian halnya maka
manusia berada pada ambang kehancuran, kehilangan identitas diri, dan berakhir
dengan tidak punya arti apa-apa. Yang tertinggal hanyalah cara-cara pemuja
benda, penganut materialisme yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia, tak
segan-segan dan tak punya peri kemanusiaan menghancurkan lawan-lawannya.
4. Manusia memuja dewa
Hal ini
mtermasuk dalam lingkup keyakinan berkepercayaan (khususnya agama-agama
samawi). Namun demikian keyakinan berkepercayaan seperti itu tak perlu diganggu
gugat, bahkan sebaliknya harus di hargai karena keyakinan berkepercyaan
sebagaimana di maksud adalah milik orang lain.
Dikalangan
masyarakat India pemujaan terhadap dewa dikaitkan
dengan sistem kasta, sehingga menyebabkan timbulnya strata sosial yang
terbagi-bagi dalam penggolongan. Untuk itu, perlu dipahami penggolongan
kelompok masyarakat di India berdasarkan sistem kasta, berbeda dengan sistem
kelas-kelas dalam masyarakat ciptaan Karl Marx.
Penggolongan
yang dimaksud lebih di tekankan pada keyakinan penganut terhadap salah satu
dari tingkatan dewa yang terpilih untuk diyakini (brahmana, wisnu, siwa, waisa
dan sudra). Terbagi-bagilah masyarakat dalam kelompok yang menempatkannya pada
posisi sesuai tingkatan kedewaan untuk dipuja. Masing-masing tingkat kedewaan
memiliki ciri tersendiri sehingga mempengaruhi tatanan kehidupan pada lingkup
strata sosisal dalam hubungan kekerabatan.
Beberapa
kelompok masyarakat tertentu diluar India, pemujaan terhadap dewa-dewa selalu
di hubungkan atau berhubungan dengan dunia roh. Walaupun antara dewa dan roh
kedua-duanya adalah abstrak, namun kepercayaan meyakini keberdaannya tak dapat
di pungkiri. Dalam konteks pemujaan, dewa-dewa dipuja sekaligus di tempatkan
pada posisi sebagai sumber ajaran-ajaran hidup untuk selanjutnya di terima dan
diyakini dalam bentuk agama.
Dunia roh
dipuja lengkap dengan sesajen, mantra-mantra, persembahan berskala ritualitas,
untuk selanjutnya dipadukan dalam kehidupan dan diyakini sebagai religi
(kepercayaan). Dalam perjalanan hidup manusia, pemujaan terhadap dewa-dewa dan
dunia roh merupakan serangkaian tata perilaku yang berpola. Hal demikian
dimaksudkan sebagai perwujudan dari sistem pengaturan dalam cara teknis
pemujaan yang di kontrol oleh nilai di dalam norma-norma tertentu khusus berkaitan
dengan hal tersebut.
Itulah
sebabnya terdapat perbedaan antara tata perikaku yang dikondisikan dengan cara
dan tekhnis pemujaan terhadap dewa-dewa dan dunia roh, dibanding dengan
aktifitas tingkah laku sehari-hari.
5.
Manusia memuja Tuhan Yang Maha Esa
Pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa
pelaksanaannya berbeda-beda sesuai dengan agama yang diyakini oleh setiap
kelompok masyarakat. Dikalangan masyarakat yang beragama islam khususnya,
pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diatur berdasarkan dengan syariat yang
bersumber dari Al-Qur’an dan diperjelas teknis serta cara pelaksanaannya
melalui hadits Rasulullah. Bahkan dengan kekhususan pemujaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, yang harus dan semata-mata untuk dipuji hanya Allah.
Dalam hal pemujaan manusia kepada tuhan yang Maha Esa,
pada hematnya mengalami pasang surut. Hal ini dibuktikan oleh kebiasaan manusia
yakni dia mengalami kesusahan baru memuja Tuhan. Sebaiknya, bila dalam
kesenangan, Tuhan dilupakan untuk dipuja. Menelusuri jauh tentangg pemujaan
manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ditempulah berbagai cara yang
menghasilkan lahirnya sekte-sekte. Setiap sekte mempunyai aturannya tersendiri
dan biasanya membentuk organisasi keagamaan. Sesuai dengan program yang
digariskan oleh masing-masing sekte.
Sebagai suatu fenomena bersifat sosio-religius
pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa selalu berkaitan dengan berbagai
aspek kehidupan. Baik menyangkut keselamatan, kebahagiaan, kesehatan, dijauhkan
dari segala bencana, kemakmuran, mampun yang berkenaan dengan rejeki, perluasan
usaha, jodoh, ketentraman hidup, termasuk mendapatkan anak pelanjut keturunan,
dan sebagainya.
Refleksi dari pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan tuntutan yang dihajatkan seperti disebutkan perwujudannya dalam
berbagai bentuk ritus keagamaan. Bentuk-bentuk ritus yang beranekaragam itu
berfungsi sebagai wahana dalam menyampaikan segala yang dinginkan melalui
pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dikalangan masyarakat muslim adalah melalui ibadah wajib maupun sunat. Selain
itu, semua ibadah wajib maupun sunat bukan merupakan perbuatan ritual.
Misalnya, kegiatan ibadah seperti shalat, shiam (puasa), zakat, haji/qurban.
Seringkali terjadi kekeliruan yang menganggap bahwa kegiatan-kegiatan ibadah
tersebut dapat diartikan sebagai perbuatan ritual. Untuk itu, perlu dijelaskan
tentang perbuatan ritual yang dilakukan oleh semua kelompok masyarakat.
Kata “ritual” berasal dari “ritus, rite” yang artinya
secara umum, yaitu upacara peralihan, dilengkapi dengan beragam peralatan
upacara (ceremonial equipment), sesajen, mantera-mantera dan sebagainya. Dengan
demikian jelaslah sudah, bahwa di dalam syariat Islam pemujaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa ( dalam hal ini adalah Allah ) melalui ibadah-ibadah baik yang
diwajibkan maupun yang sunat, tidak ada hubungannya dengan perbuatan ritual
atau jelasnya adalah dengan contoh yang sederhana saja, apakah mungkin ibadah
shalat dilaksanakan, dilengkapi dengan sesajen dan mantera-mantera ?
3.6 BELAS KASIH
Belas kasih adalah
kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk penderitaan
orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan landasan keterkaitan
sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi prinsi-prinsip dalam
filsafat, masyarakat, dan kepribadian .
Dalam surat Al
–Qolam ayat 4,” maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena
belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi
sangat dipujikan oleh Allah SWT.”
Perbuatan atau
sifat menaruh belas kasihan adalah orang yang berahlak. Manusia mempunyai
potensi untuk berbelas kasihan. Masalahnya sanggupkah ia mengggugah potensi
belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi
dan terpujilah oleh Allah SWT.
3.7 Pengertian Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih erotis yaitu
kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya.
cinta kasih erotis bersifat ekslusif, bukan universal, pertama-tama cinta kasih
erotis kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang dapat di eksplosif
berupan jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu ,
pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya
sementara.
Keinginan seksual menuju kepada penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan merupakan nafsu fisi belaka, untuk meredakan ketegangan yang menyakitkan. Rupanya keinginan seksual dengan mudah dapat di dicampuri atau di stimulasi oleh tiap-tiap perasaan yang mendalam.
Dalam cinta kasih erotis terdapat eksklusivitas yang
tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan, sering
kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis di salah tafsirkan dan di artikan
sebagai suatu ikatan hak milik, contoh sering kita jumpai separang orang-orang
yang sedang saling mencintai tanpa merasakan cinta
kasih terhadap setiap orang lainya.
Cinta kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian yaitu bahwa seseorang sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini merupakan dasar gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah memilih jodohnya sendiri, beda halnya dengan kebudayaan barat/ zaman sekarang, gagasan itu ternyata tidak dapat diterima sama sekali. Cinta kasih hanya di anggap sebagai hasil suatu reaksi emosional dan spontan.
Cinta kasih erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian yaitu bahwa seseorang sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini merupakan dasar gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah memilih jodohnya sendiri, beda halnya dengan kebudayaan barat/ zaman sekarang, gagasan itu ternyata tidak dapat diterima sama sekali. Cinta kasih hanya di anggap sebagai hasil suatu reaksi emosional dan spontan.
Dengan
demikian, bahwa cinta kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun
pandangan bahwa cinta kasih erotis itu tidak lain dari perbuatan kemauan.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar